Sabtu, 15 Maret 2025.

Assalamualaikum wr wb.

Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala limpahan rahmat, rezeki, nikmat, dsb yang telah Allah limpahkan kepada kita.

Alhamdulillah, alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam

Tak lupa kita sampaikan sholawat dan salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw, keluarga, dan para sahabat sahabatnya serta para penerus perjuangannya untuk mensyiarkan agama Islam yang lurus/benar ini.

Allahumma shalliala ala Muhammad, wa ala ali sayyidinaa Muhammad.

Pada kesempatan kali ini saya berwasiat agar kita selalu bertakwa kepada Allah Swt sehingga kita hidup dalam rahmatNya.
 
Manusia hidup di alam dunia ini hanyalah untuk sementara, tidak untuk selama lamanya. Dunia ini adalah ujian bagi manusia untuk memenuhi segala kebutuhannya secara benar. Tidak mencuri, menipu, dan bermaksiat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dan tidak pula berzina dalam memenuhi kebutuhan seksualnya. 

Bagi siapa saja yang hidupnya benar atau lurus, ganjarannya adalah surga yang penuh kenikmatan di kehidupan berikutnya. Para penghuni surga sudah tidak perlu bekerja / mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di surga, segala kebutuhannya terpenuhi semua termasuk seks. 

Sebaliknya, bagi siapa saja yang hidupnya salah atau dzalim/jahat, ganjarannya adalah neraka yang menyala nyala di kehidupan berikutnya. Makanannya adalah buah zaqum yang tidak mengenyangkan, dan minumannya adalah air mendidih yang tidak menghilangkan dahaga sebagai balasan atas perbuatan kafir dan dzalim selama di dunia.

Oleh karena itu Allah mengajak manusia untuk menjadi orang yang benar, hidupnya lurus,  tidak melakukan dosa., dengan mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya yang biasa disebut dengan takwa. 

Hal itu demi kebaikan manusia itu sendiri. Siapa saja yang mengikuti Allah adalah demi kebaikannya sendiri, dan siapa saja yang tidak mengindahkan peringatan dan perintah Allah, nerakalah tempatnya yaitu tempat hukuman bagi para pembangkang dan pendurhaka yaitu orang orang yang hidupnya selama di dunia tidak mempercayai Allah, tidak mempercayai kehidupan akhirat, dan selalu mengumpulkan-menumpuk numpuk harta, mencuri/merampok, berzina, dan menghalalkan maksiat selama di dunia.

Harta-benda memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia berlomba lomba memperoleh harta benda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan harta benda manusia punya kuasa, segala keinginannya bisa terwujud. Akan tetapi manusia lupa bahwa harta benda tidak akan dibawa mati, dan yang Allah perhitungkan adalah bukan banyaknya harta benda yang dimiliki, tetapi amal perbuatan benar dan perbuatan baiknya selama di dunia. Oleh karena itu mengapa Allah melarang manusia menumpuk numpuk harta? 

Ada beberapa surat yang mengkisahkan larangan menumpuk numpuk harta benda, tujuannya agar manusia bisa memetik pelajaran dari kisah tersebut. Kisah tersebut bukanlah karangan rekayasa melainkan suatu kejadian sebenarnya yang Allah sampaikan dalam Al Quran. Surat tersebut mengkisahkan Qarun kaum Nabi Musa yang suka mengumpulkan dan menumpuk numpuk harta. Surat tersebut adalah 

Al Ghaafir 40 ayat 24.

وَلَقَدۡ اَرۡسَلۡنَا مُوۡسٰى بِاٰيٰتِنَا وَسُلۡطٰنٍ مُّبِيۡنٍۙ

Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata,

اِلٰى فِرۡعَوۡنَ وَ هَامٰنَ وَقَارُوۡنَ فَقَالُوۡا سٰحِرٌ كَذَّابٌ

kepada Fir'aun, Haman, dan Karun; lalu mereka berkata, "(Musa) itu seorang pesihir dan pendusta."


Al Qashas 28 ayat 76-84

اِنَّ قَارُوۡنَ كَانَ مِنۡ قَوۡمِ مُوۡسٰى فَبَغٰى عَلَيۡهِمۡ‌ۖ وَاٰتَيۡنٰهُ مِنَ الۡكُنُوۡزِ مَاۤ اِنَّ مَفَاتِحَهٗ لَـتَـنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَةِ اُولِى الۡقُوَّةِ  اِذۡ قَالَ لَهٗ قَوۡمُهٗ لَا تَفۡرَحۡ‌ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡفَرِحِيۡنَ

Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, "Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri."

وَابۡتَغِ فِيۡمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ‌ وَلَا تَنۡسَ نَصِيۡبَكَ مِنَ الدُّنۡيَا‌ وَاَحۡسِنۡ كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ اِلَيۡكَ‌ وَلَا تَبۡغِ الۡـفَسَادَ فِى الۡاَرۡضِ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

قَالَ اِنَّمَاۤ اُوۡتِيۡتُهٗ عَلٰى عِلۡمٍ عِنۡدِىۡ‌ؕ اَوَلَمۡ يَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰهَ قَدۡ اَهۡلَكَ مِنۡ قَبۡلِهٖ مِنَ الۡقُرُوۡنِ مَنۡ هُوَ اَشَدُّ مِنۡهُ قُوَّةً وَّاَكۡثَرُ جَمۡعًا‌ؕ وَلَا يُسۡــَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِهِمُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ‏

Dia (Qarun) berkata, "Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku." Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.

فَخَرَجَ عَلٰى قَوۡمِهٖ فِىۡ زِيۡنَتِهٖ‌ؕ قَالَ الَّذِيۡنَ يُرِيۡدُوۡنَ الۡحَيٰوةَ الدُّنۡيَا يٰلَيۡتَ لَـنَا مِثۡلَ مَاۤ اُوۡتِىَ قَارُوۡنُۙ اِنَّهٗ لَذُوۡ حَظٍّ عَظِيۡمٍ

Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, "Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."

وَقَالَ الَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ وَيۡلَـكُمۡ ثَوَابُ اللّٰهِ خَيۡرٌ لِّمَنۡ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًـا ۚ وَلَا يُلَقّٰٮهَاۤ اِلَّا الصّٰبِرُوۡنَ

Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, "Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar."

فَخَسَفۡنَا بِهٖ وَبِدَارِهِ الۡاَرۡضَ  فَمَا كَانَ لَهٗ مِنۡ فِئَةٍ يَّـنۡصُرُوۡنَهٗ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ وَمَا كَانَ مِنَ الۡمُنۡتَصِرِيۡنَ

Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam Bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.

وَاَصۡبَحَ الَّذِيۡنَ تَمَـنَّوۡا مَكَانَهٗ بِالۡاَمۡسِ يَقُوۡلُوۡنَ وَيۡكَاَنَّ اللّٰهَ يَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ يَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِهٖ وَيَقۡدِرُ‌ۚ لَوۡلَاۤ اَنۡ مَّنَّ اللّٰهُ عَلَيۡنَا لَخَسَفَ بِنَا‌ ؕ وَيۡكَاَنَّهٗ لَا يُفۡلِحُ الۡكٰفِرُوۡنَ

Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu berkata, "Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)."

تِلۡكَ الدَّارُ الۡاٰخِرَةُ نَجۡعَلُهَا لِلَّذِيۡنَ لَا يُرِيۡدُوۡنَ عُلُوًّا فِى الۡاَرۡضِ وَلَا فَسَادًا‌ ؕ وَالۡعَاقِبَةُ لِلۡمُتَّقِيۡنَ

Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.

مَنۡ جَآءَ بِالۡحَسَنَةِ فَلَهٗ خَيۡرٌ مِّنۡهَا‌ ۚ وَمَنۡ جَآءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجۡزَى الَّذِيۡنَ عَمِلُوا السَّيِّاٰتِ اِلَّا مَا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ

Barang siapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.

Surah lainnya; Al Ankabut ayat 39-40.

Menjadi orang yang benar atau bertakwa di dunia itu adalah mutlak harus agar kita selamat di dunia dan di akhirat. Bukan banyaknya harta benda yang kita peroleh tetapi adalah bagaimana kita memperoleh harta benda tersebut secara halal, dan pastinya tidak mengumpulkan dan menumpuk numpuk harta benda sebanyak mungkin untuk diri sendiri. Hal itu jelas dilarang oleh Allah Swt dan Allah ancam mereka dengan hukuman di neraka.

At Taubah 9 ayat 35.

يَّومَ يُحۡمٰى عَلَيۡهَا فِىۡ نَارِ جَهَـنَّمَ فَتُكۡوٰى بِهَا جِبَاهُهُمۡ وَجُنُوۡبُهُمۡ وَظُهُوۡرُهُمۡ‌ؕ هٰذَا مَا كَنَزۡتُمۡ لِاَنۡفُسِكُمۡ فَذُوۡقُوۡا مَا كُنۡتُمۡ تَكۡنِزُوۡنَ

(ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam Neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung, dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."

Al Humazah 104

وَيۡلٌ لِّـكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةِ

Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela,

اۨلَّذِىۡ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗ

yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya,

يَحۡسَبُ اَنَّ مَالَهٗۤ اَخۡلَدَهٗ‌

dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.

كَلَّا‌ لَيُنۡۢبَذَنَّ فِى الۡحُطَمَةِ

Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (Neraka) Hutamah.

وَمَاۤ اَدۡرٰٮكَ مَا الۡحُطَمَةُ

Dan tahukah kamu apakah (Neraka) Hutamah itu?

نَارُ اللّٰهِ الۡمُوۡقَدَةُ

(Yaitu) api (azab) Allah yang dinyalakan,

الَّتِىۡ تَطَّلِعُ عَلَى الۡاَفۡـــِٕدَةِ

yang (membakar) sampai ke hati.


Itulah gambaran hukuman bagi orang orang yang suka mengumpulkan dan menumpuk numpuk harta. Harta tersebut takkan mampu mengekalkan diri mereka sendiri. Matipun takkan bisa membawanya. Dan harta harta tersebut takkan mampu untuk menebus dosa dosa dirinya dan keluarganya.

Harta benda terutama uang hingga ratusan triliun rupiah atau milyaran dolar AS yang hanya dimiliki oleh segelintir orang atau keluarga hanya akan membuat krisis ekonomi pada masyarakat umumnya.

Sirkulasi uang pada akhirnya hanya akan mengarah pada beberapa orang yang menguasai atau memonopoli usaha. Uang pada akhirnya hanya dikuasai dan dimiliki oleh segelintir orang saja dan membuat sirkulasi uang semakin kecil dan tentunya berdampak pada perekonomian masyarakat global. 

Orang orang kaya seperti itu tidak akan mau dipersalahkan apabila terjadi krisis ekonomi. Mereka akan mengatakan, biarlah bank bank yang mengurusi hal itu dengan kredit kredit dan bunganya agar sirkulasi uang berjalan normal kembali. What hell are you?

Oleh karena itu Allah Swt melarang manusia untuk mengumpulkan dan menumpuk numpuk harta serta melarang riba. Sistem ekonomi dunia saat ini masih mengandalkan instrumen interest/bunga/riba dan masih menghalalkan mengumpulkan-menumpuk numpuk uang. Sedangkan Allah Swt menganjurkan jual beli, melarang riba, menganjurkan zakat, infaq, dan shadaqoh serta melarang mengumpulkan dan menumpuk numpuk harta agar perekonomian bagus, lancar, dan tidak krisis. Selain itu instrumen pajak mengiringinya.

Allah Swt lebih mengerti daripada manusia, mana yang baik bagi seluruh manusia. Allah Swt tidak akan menyesatkan hambanya, melainkan manusia itu sendiri yang tersesat tanpa petunjuk. Allah Swt mengajak demi kebaikan manusia, bukan keburukan bagi manusia.


Kesimpulannya

Mengumpulkan dan menumpuk numpuk harta/uang seperti Qarun adalah perbuatan yang dilaknat oleh Allah Swt dan di akhirat kelak akan dimasukkan ke dalam neraka dan dihukum setimpal dengan perbuatannya. 

Perbuatan orang orang seperti Qarun di era modern ini membuat ekonomi masyarakat semakin lemah, sirkulasi uang semakin kecil. Hal ini tidak hanya berdampak pada masyarakat perorangan, bahkan negara pun merasakan dampaknya. 

Padahal harta benda atau uang tidak akan bisa mengekalkannya dan tidak bisa menebus dosa dosanya. Hanya amal perbuatan baiknya dan ketakwaan terhadap Allahlah yang akan menyelamatkannya di dunia dan di akhirat. 

Marilah kita bersabar dalam memenuhi segala kebutuhan kita secara benar, tetap taat dan patuh kepada Allah Swt agar kita kelak dimasukkan ke dalam Surga penuh kenikmatan dan dihindarkan dari neraka dan siksaannya. Jangan sampai kita tergoda oleh kehidupan duniawi hingga kita salah jalan / berbuat dosa dalam memenuhi segala kebutuhan kita. 

Sebagai penutup, marilah kita berdoa kepada Allah Swt dengan penuh harap.

Ya Allah, kuatkanlah iman kami dan pertebal iman kami. Jangan sesatkan kami setelah memperoleh petunjuk. Berikanlah kami karunia dari sisimu untuk mempekuat iman kami. Lapangkanlah jalan kami, berikanlah kami kecukupan agar kami semakin bertawakkal dan beryukur kepadaMu. Beristighfar memohon ampunanMu. Berikanlah kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Amin ya Rabbal alamin.

Wassaamualaikum wr wb.

Penulis: Raden Yudha Kusuma, SE.